s.olthinker

seconds spent with you are the best part of my day.

tepat jam 11 siang, eja sudah berada di rumah si

Jika bukan lagi pada saya dirimu untuk pulang, semoga rasa ini segera memudar

Jika bukan lagi pada saya dirimu merindu, semoga perpisahan ini sakitnya hanya sebentar

Sungguh, saya sangat lemah dan tidak bisa mengatur kepada siapa rindumu melebur, dan saya tidak bisa mengendalikan sebuah alur yang sebenarnya sudah ada porsi—nya masing-masing

Ketika kisah kita sudah berubah wujud menjadi debu, dan hanya meninggalkan nestapa yang menggebu, percayalah saya tidak ada kata menyesal karna pernah mencintaimu.

Aphrodite, saya memanggilnya begitu. Manusia baik yang menjaga saya seolah saya kaca paling rapuh. Sahabat terbaik yang selalu mengirimkan ucapan penghujung dan pengakhir hari. Tanpa lelah, penuh doa dan ketulusan.

Sebetulnya garelia, Tapi aphrodite lebih nyaman. Seseorang yang dengan rela meluruhkan segala pertahanan dan menangis tersedu hanya demi saya dan perasaan saya yang egois.

Aphrodite dengar, saya telah mengirimkan doa untuk sang khalik. Doa agar ada laki-laki tampan baik hati yang menyusup kedalam hatimu. Mengobati perlahan luka yang saya berikan, mengembalikan retakan mu menjadi utuh. Lalu menyirami tunas layu mu dengan air surga.

Aphrodite maaf, saya memang sempat mencintaimu. Tapi dia mencuri jantung saya tanpa ijin.

eja pov

kini, semuanya akan berakhir. semesta berkolaborasi dengan waktu, mencabik tiap kenangan yang kami tulis.

karena sejatinya semua yang ada di bumi bertemu dengan sesuatu yang lebih abadi.

Satya, bahagia selalu ya. you deserve better,

11.11 end @ssolthinker

you appreciate me more than anyone. you just different than others, i really don't wanna lose you.

siang ini, Sunoo sudah berada di resepsionis rumah sakit untuk bertemu dengan sang dokter. dokter baru lebih tepatnya.

setelah check in Sunoo segera duduk di ruang tunggu, menunggu gilirannya di panggil.


kini sunoo sudah di depan pintu ruangan sang dokter, ia segera membukanya tanpa mengetuk terlebih dahulu. “misi, dokter sunghoon?”

yang ditanya tidak menjawab. melaikan diam seperti membeku, tertegun dengan sesuatu hal pada seseorang yang ada dihadapannya.

“aelah, mesum ya lo? melongo-melongo.”

“e-eh maaf engga, sini duduk.”

Sunghoon langsung membuka laptopnya, dan melampirkan ms-word tertulis “Sunoo's Page” yang isinya tentu saja hal-hal yang berkaitan dengan Sunoo.

Jujur saja, saat ini si Dokter Sunghoon belum bisa terlalu fokus pada pekerjaanya, sebab sang pasien memunculkan memori-memori yang ada di masa lalu dokternya.

“ini sebenernya gue dateng buat apasi, kok diem mulu.” Sunoo mencebik kesal.

“sabar dong...”

“kamu ini sakitnya betulan sejak sekolah dasar?”

“engga, gue udah sakit dari jaman sperma sama sel telor belom nyatu.”

“saya serius.”

“yaiyalah dari esde, di datanya gitu kan? gimana sih jadi dokter”

Baiklah....sunghoon hanya mengangguk, walaupun pasiennya satu ini sangat tidak punya sopan santun ia harus tetap tenang menghadapinya.

“suntik insulin dari umur segitu ga suka nangis?”

“ga juga, gue kebal. soalnya pake jampi-jampi”

“ini mau kapan seriusnya?”

“gue gamau nikah sama lo. ngapa mesti di seriusin?”

“Sunoo....”

kali ini Sunghoon benar-benar speechless. Sunoo yang dulu sama sekali tidak berubah. selalu saja membuat orang lain menjadi seorang yang ekstra sabar ketika bersamanya.

dan abaikan bagaimana kelanjutan dari pembicaraan mereka.

©solthinker

Selepas berdrama dengan sang dosen pasal skripsi, sore itu Sunoo bergegas menuju cafe yang sudah di janjikannya tadi pagi.

cafe skies

Bersama ojol ia menembus jalanan Jatinangor, tepatnya di antara kampus-kampus terkenal yang ada.


Sesampanya, Sunoo menemukan Sunghoon yang sudah menunggu halaman cafe. “Udah nunggu dari lama kak?” Ucap Sunoo yang merasa tidak enak pada 'kakak tingkatnya' itu

“Iya, Lo nya lama sih.”

“Hehe sorry kak.”

“gapapa santai, sini duduk.”

Suasananya mendadak hening. Hanya ada suara motor-motor yang melintas di jalanan depan cafe dan perpustakaan.

“Jadi... Gimana kak?” Sunoo memulai pembicaraan dengan canggung.

“Ohh iya, sebenernya ga penting-penting amat...” Sunghoon terdiam sebentar. “Lo...anak sastra indo?”

“Iya kak.” Sunoo menjawab dengan sigap, kiranya Sunghoon akan berbicara pasal tadi malam, eh ternyata tidak. Tapi mengapa ia menanyakan ini?

Sunghoon menatap wajah sunoo dengan serius.

Yang di tatap lantas menunduk karena tidak nyaman.

“Jangan nunduk, gua belum selesai ngomong.”

Oke... Kali ini Sunoo tak bisa menolak.

“Lo tau kan gua musik?” Sunoo mengangguk mantap, ia sudah pasti tahu betul siapa Sunghoon ini. Kating Most wanted. Dari maba sampai dosen-dosen pun pasti akan meliriknya.

Sunghoon kembali berujar “Kurang lebih 4 bulan yang lalu, gua dapet email anonymous, isinya dia kurang lebih confess sama gua. Sebenernya udah biasa, tapi yang ga biasanya dia nulis kalimat confess itu kaya yang biasa anak sastra tulis.”

“Lo kenal ga?”

Sunoo lantas kaget, sebab ia tahu betul siapa yang sudah mengirim email tersebut.

“engga anonymous juga sih, nama email nya aku aja

Ahhh benar, yang Sunoo pikirkan tidak salah.

“Noo?”

“Eh iya kak”

“Jadi Lo kenal ga?

“Kayanya engga sih, aku juga ga begitu berbaur sama angkatan sendiri hehe.” Dengan ragu Sunoo harus berbohong.

“Oke deh, kalo lo tiba-tiba tau dia siapa imess gua ya, emmm sama semalem gua minta maaf kalo ada hal aneh yang terjadi, tapi seinget gua engga sih.”

“I-iya gapapa kok kak, semalem juga kak hoon ga aneh-aneh, diem aja...” Jika di ingat tentang kejadian semalam, jujur agak canggung. Sebab bagi Sunoo seorang Park Sunghoon itu tidak mungkin meminum alkohol. Ia sudah tercap sebagai good boy , idaman camer , dan lain-lain.

“Kak hoon..”

“Iya kenapa noo?”

“Kalo boleh tau, semalem kakak kenapa mabuk? Soalnya setau sunoo Kak sunghoon selalu di tampang baik sama orang-orang, jadi kaya aneh gitu kalo bisa minum-minum.” Rasa ingin tahu yang ada di dalam diri sunoo begitu memanas, jadilah ia menceploskan ini.

“Oh itu... Gua sebenernya ada masalah, jadi mau aja.”

Sunoo tampak paham, namun sedikit tidak enak, Karena suasananya menjadi canggung kembali.

“Bilang sama Sunoo kak.”

“Eh gimana?”

Sebenarnya Sunoo tidak harus mengatakan ini, karena bisa saja menyangkut privasi Sunghoon, tapi mau bagaimana lagi, Sunoo sangat ingin menjadi lebih dekat dengan kakak tingkat nya itu.

“Kalo kakak punya unek-unek yang mau di keluarin, bilang aja sama Sunoo. Jangan di lampiasin sama minum. Sunoo seneng kok di jadiin tempat buat cerita, itu juga kalau kak Sunghoon ga keberatan, hehe.”

“Ahahhha iya noo, nanti lagi gua cerita sama lo deh.”

“Nah gitu dong kak.”

Kini suasananya sudah mencair, perbincangan itu pun berlanjut selagi Sunghoon melayani pelanggan nya.

©solthinker

Cerita kita kini telah usai, bukan karena tinta yang kita punya tak cukup untuk mengukir akhir yang bahagia, hanya saja— semesta menentukan takdir dan mengatakan cerita kita hanya menjadi sebuah hampir dan sudah berakhir.